Selasa, 11 November 2014

Pemukiman Kumuh Kelurahan Tammua Makassar


Hasil Identifikasi Masalah- Masalah di Kelurahan Tammua
Kecamatan Tallo Kota Makassar
A.    Masalah Tata Ruang
1.      Ruang Terbuka Hijau
      RTH, Ruang terbuka hijau  tidak terdapat di kelurahan Tammua, adapun lahan kosong yang berupa kebun dan lapangan merupakan milik warga. Namun masyarakat Kelurahan Tammua sering menggunakan lahan kosong tersbut sebagai tempat bermain dan berolahraga meskipun tidak layak digunakan dan bukan di peruntukan untuk public.
ü  Solusi : Sebaiknya Pemerintah setempat melakukan pembebasan lahan dan menyediakan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai sarana bermain dan berolahraga bagi warg setempat.
2.      Kerapatan Bangunan
      Kelurahan Tammua meruapakan kelurahan dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi, khususnya di Jl. Kamboja RT 4 yang tingkat kerapatan bangunannya sangat tinggi. Selain itu, kondisi jalan yang sempit sementara hampir setiap rumah memiliki kendaraan. Dalam hal ini, masalahnya adalah kerapatan bangunan sehingga tidak tersedia tempat parkir kendaraan maka warga memarkir kendaraannya di pinggir jalan dan menganggu pengguna jalan.
ü  Solusi : Mungkin dapat dilakukan peninjauan terhadap bangunannya, karena setelah melakukan interview di jl Kamboja ini rata-rata status sertifikatnya adalah tanah Negara. Dan terdapat beberapa rumah sewa. Selain itu mungkin perlu dilakukan pelebaran jalan atau penyediaan lahan parkir agar kendaraan warga tidak menganggu pengguna jalan

B.     Masalah social
      Kelurahan Tammua termasuk dalam kelurahan kumuh, selain karena kepadatan bangunan juga dapat dilihat dari kebersihan lingkungan. Sampah berserakan dimana- mana, sementara penyediaan tempat sampah juga masih minim. Kelurahan Tammua juga rawan banjir, salah satu penyebabnya adalah drainase yang sering tersumbat.
ü Solusi : Sebaiknya ada penyuluhan atau kegiatan – kegiatan yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan. Dan baik itu pemerintah atau masyarakat sendiri bisa menyediakan tempat sampah.

Jumat, 14 Maret 2014

Peta Administrasi Kabupaten di Povinsi Sulawesi Selatan





































www.uin-alauddin.ac.id

Proses Perencanaan



Nama              : Satriani
Nim                 : 60800113014
Semester         : II (dua)
Mata Kuliah    : Studio Proses Perencanaan
Proses Perencanaan
A.    Proses Perencanaan
        Perencanaan pembangunan telah mengalami perubahan menjadi proses top down dan bottom up. Menggunakan kedua pendekatan ini secara bersamaan pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah melibatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan[1].
        Dalam proses top down[2]  dimulai dari pembahasan GBHN oleh MPR diikuti dengan penyusunan PROPERNAS oleh pemerintah pusat untuk memrikan arahan dan tujuan, kebijakan dan program pembangunan nasional. Rencana strategis Pembangunan disusun berdasarkan PROPENAS, sedangkan REPETA memberikan program dan kegiatan terperinci untuk menghubungkan rencana pembangunan pemerintah dengan anggaran pembangunan pusat untuk tahun yang akan datang.
        Sedangkan Proses Bottom Up[3] merupakan proses konsultasi di mana setiap tingkatan pemerintahan menyusun draft  proposal pembangunan tahunan berdasarkan proposal yang diajukan oleh tingkatan pemerintah di bawahnya. Proses ini dimulai dari awal musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes) yang dipimpin oleh kepala desa dan dihadiri oleh Badan Perwakilan Desa, LKMD, LSM dan Perwakilan kecamatan. Tujuan utama dari peretemuan ini adalah untuk menyusun proposal proyek yang akan diajukan ketingkat yang lebih diatas.
B.     Komponen- komponen Utama Proses Perencanaan
              Dalam model proses perencanaan terdapat komponen-komponen utama[4], adalah sebagai berikut,
1.      Diagnosis Persoalan
        Jika tidak ditemukan persoalan, maka tidak ada kebutuuhan akan tindakan. Definisi persoalan mengarahkan tekanan sosial yang tergantung pada orientasi analisis. Ada persoalan yang terlihat jelas dan ada persoalan yang tidak jelas. Persoalan yang tidak jelas ini biasanya perencana harus mengumpulkan data, melakukan analisis lebih jauh, mulai dari melihat aspek masa lalu, trend, rencana pengembangan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat suatu wilayah mengelami kemunduran.
2.      Artikulasi Tujuan
        Tujuan berhubungan dengan definisi dari persoalan. Tantangan yang paling sulit dalam perencanaan adalah penerjemahan tujuan yang kabur dan tidak menyatu dengan tujuan operasional. Terkadang, banyak usaha untuk mengembangkan sarana teknis untuk artikulasi tujuan, dimana pelaksanaannya tampak sebagai karya seni bukan ilmu pengetahuan. Dengan perumusan tujuan yang jelas harapannya akan mendapatkan suatu hasil yang bagus.
3.      Prediksi dan Proyeksi
        Telah dibahas sebelumnya bahwa perencanaan berorientasi masa depan. Untuk itu prediksi sangat penting bagi penilaian dan pemilihan alternative. Tanpa proyeksi, evaluasi tidak dapat dilakukan. Keberhasilan proyeksi tergantung pada jumlah informasi yang tersedia dan kontinuitas fenomena yang dianalisis. Hal ini berarti data yang terbaru tidak bisa menjawab keberhasilan proyeksi yang dilakukan, karena tidak memiliki histori dan sifatnya hanyalah eksisiting saat ini. Dalam perencanaan prediksi dan proyeksi memiliki 2 aspek utama;
a.       Memprediksikan permintaan masa depan,
b.      Memprediksikan hasil dan dampak alternatif yang diajukan.
4.      Desain Alternatif.
      Desain umumnya dikaitkan dengan pemberian beberapa bentuk respon konkret terhadap suatu kebutuhan atau permasalahan, misalnya desain arsitektur, desai produk, desain urban. Desain merupakan sarana memahami ide dan memepersiapkan deskripsi sistem yang diusulkan, artifak atau agregasi artifak. Selain itu desain merupakan campuran penelitian dan kreativitas, dan kreativitas sendiri sekurang-kurangnya meliputi pencarian data, pengelolaan, dan transformasi.
        Hal ini sama seperti proses perencanaan secara umum, sesungguhnya kemampuan mendesain suatu solusi/alternatif harus menjadi skill unik perencana, yaitu yang membedakan perencana dengan para praktisi analisis secara lebih eksklusif seperti analisis kebijakan dan analisis sistem.
        Terdapat beberapa metode desain yang sesuai dengan perencanaan dan aplikasi yang berhungan dengan kebijakan, adalah sebgai berikut,
a.       AIDA (analisis bidang keputusan yang saling berhubungan
b.      Kotak morfologis
c.       konsep IDEALS
d.      IBIS (sistem informasi berbasis isu).

5.      Uji perencanaan
      Adakalanya dalam proses desain salah satu dari berbagai tujuan kehilangan pandangan dan pengabaian biaya. Oleh karenanya proposal yang sudah diajukan harus melewati uji perencanaan. Jika alternatif-alternatif yang dirancang baik, maka jawabannya akan bersifat affirmatif. Uji perencanaan ini dilakukan untuk menguji apakah desain/alternative yang kita buat relistis dan dapat diterapkan, serta memberikan kemanfaatan yang banyak bagi masyarakat.
6.      Evaluasi
      Evaluasi dilakukan saat para perencana memiliki sejumlah alternatif yang dapat dilaksanakan atau dengan kata lain telah mengalami melewati fase uji perencanaan. Dalam evaluasi kriteria yang paling umum digunakan adalah effisisensi, analisis untung-rugi (sering menjadi alat evaluasi karena nilainya sebagai kerangka untuk mengumpulkan tingkat hasil yang luas untuk pilihan yang berbeda kedalam indikator tunggal yang dapat dipahami oleh pembuatan keputusan secara intuitif), analisis efektivitas (biaya), dan analisis dampak (linkungan, sosial,politik, dan ekonomi).
7.      Implementasi
      Setelah melewati semua proses sebelumnya maka suatu rencana sudah dianggap matang dan siap untuk direalisasikan (implementasi). Proses implementasi sendiri biasanya melelui beberapa tahapan yang dimulai dengan penyampaian undang-undang dasar, diikuti dengan output kebijakan (keputusan-keputusan) oleh agen pelaksana. Ada juga proses implementasinya yang “adaptif”, “sirkular”, atau “revolusioner”.
      Sesungguhnya suatu kebijakan (perencanaan) tidak hanya dibuat dan diimplementasikan, akan tetapi desain pembuat kebijakan, perencanaan, desain program, dan proyek, atau implementasi perencanaan adalah saling berhubungan melalui interaksi partisipan yang kontinyu dan adaptasi antara kebijakan yang mengesahkan perundang-undangan atau mengembangkan rencana dan yang merubah atau menyesuaikan kebikana-kebijakan dan perencanaan ketika melaksanakannya.
C.    Tahap- tahap Proses Perencanaan
         Proses perencanaan memiliki tahap-tahap didalamnya. Menurut Chesswas, (1973) proses dan tahapan perencanaan dalam bentuk yang lebih sederhana dan logis[5] :
1.   Need assessment, kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan.
2.   Formulationof goals and objective, perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan.
3.   Policy and priority setting, penentuan dan penggarisan kebijaksanaan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan.
4.   Program and project formulation, rumusan program dan projek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan
5.   Feasibility testing, biaya suatu rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk kelayakan rencana.
6.   Plan implementation, pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan.
7.   Evaluation and revision for future plan, kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode berikutnya.



[1] Risma Handayani,Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif Prencanaan Wilayah (Makassar:Aluddin University Press,2012),hal 111.
[2] Risma Handayani,Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif Prencanaan Wilayah (Makassar:Aluddin University Press,2012),hal 112.
[3] Risma Handayani,Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif Prencanaan Wilayah (Makassar:Aluddin University Press,2012),hal 113.