Blog ini Berisi Informasi tentang Perencanaan Wilayah dan kota dan yang berkaitan. baik itu materi Kuliah, tugas da kkegiatan- kegiatan yang berada didalamnya. Khususnya dari Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UIN Alauddin Makassar.
Jumat, 14 Maret 2014
Proses Perencanaan
Nama : Satriani
Nim : 60800113014
Semester : II (dua)
Mata Kuliah : Studio Proses Perencanaan
Proses Perencanaan
A.
Proses
Perencanaan
Perencanaan pembangunan telah mengalami
perubahan menjadi proses top down dan
bottom up. Menggunakan kedua
pendekatan ini secara bersamaan pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi
kewajiban pemerintah melibatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan[1].
Dalam proses top down[2]
dimulai dari pembahasan GBHN oleh
MPR diikuti dengan penyusunan PROPERNAS oleh pemerintah pusat untuk memrikan
arahan dan tujuan, kebijakan dan program pembangunan nasional. Rencana
strategis Pembangunan disusun berdasarkan PROPENAS, sedangkan REPETA memberikan
program dan kegiatan terperinci untuk menghubungkan rencana pembangunan
pemerintah dengan anggaran pembangunan pusat untuk tahun yang akan datang.
Sedangkan Proses Bottom Up[3]
merupakan proses konsultasi di mana setiap tingkatan pemerintahan menyusun
draft proposal pembangunan tahunan
berdasarkan proposal yang diajukan oleh tingkatan pemerintah di bawahnya.
Proses ini dimulai dari awal musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes) yang
dipimpin oleh kepala desa dan dihadiri oleh Badan Perwakilan Desa, LKMD, LSM
dan Perwakilan kecamatan. Tujuan utama dari peretemuan ini adalah untuk
menyusun proposal proyek yang akan diajukan ketingkat yang lebih diatas.
B.
Komponen-
komponen Utama Proses Perencanaan
Dalam
model proses perencanaan terdapat komponen-komponen utama[4], adalah sebagai berikut,
1.
Diagnosis Persoalan
Jika tidak ditemukan persoalan, maka
tidak ada kebutuuhan akan tindakan. Definisi persoalan mengarahkan tekanan
sosial yang tergantung pada orientasi analisis. Ada persoalan yang terlihat
jelas dan ada persoalan yang tidak jelas. Persoalan yang tidak jelas ini
biasanya perencana harus mengumpulkan data, melakukan analisis lebih jauh,
mulai dari melihat aspek masa lalu, trend, rencana pengembangan, serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat suatu wilayah mengelami kemunduran.
2.
Artikulasi Tujuan
Tujuan berhubungan dengan definisi dari
persoalan. Tantangan yang paling sulit dalam perencanaan adalah penerjemahan
tujuan yang kabur dan tidak menyatu dengan tujuan operasional. Terkadang,
banyak usaha untuk mengembangkan sarana teknis untuk artikulasi tujuan, dimana
pelaksanaannya tampak sebagai karya seni bukan ilmu pengetahuan. Dengan
perumusan tujuan yang jelas harapannya akan mendapatkan suatu hasil yang bagus.
3.
Prediksi dan Proyeksi
Telah dibahas sebelumnya bahwa
perencanaan berorientasi masa depan. Untuk itu prediksi sangat penting bagi
penilaian dan pemilihan alternative. Tanpa proyeksi, evaluasi tidak dapat
dilakukan. Keberhasilan proyeksi tergantung pada jumlah informasi yang tersedia
dan kontinuitas fenomena yang dianalisis. Hal ini berarti data yang terbaru
tidak bisa menjawab keberhasilan proyeksi yang dilakukan, karena tidak memiliki
histori dan sifatnya hanyalah eksisiting saat ini. Dalam perencanaan prediksi
dan proyeksi memiliki 2 aspek utama;
a.
Memprediksikan permintaan masa depan,
b.
Memprediksikan hasil dan dampak alternatif yang
diajukan.
4.
Desain Alternatif.
Desain umumnya dikaitkan dengan pemberian
beberapa bentuk respon konkret terhadap suatu kebutuhan atau permasalahan, misalnya
desain arsitektur, desai produk, desain urban. Desain merupakan sarana memahami ide dan memepersiapkan deskripsi
sistem yang diusulkan, artifak atau agregasi artifak. Selain itu desain
merupakan campuran penelitian dan kreativitas, dan kreativitas sendiri
sekurang-kurangnya meliputi pencarian data, pengelolaan, dan transformasi.
Hal ini sama seperti proses perencanaan
secara umum, sesungguhnya kemampuan mendesain suatu solusi/alternatif harus
menjadi skill unik perencana, yaitu yang membedakan perencana dengan
para praktisi analisis secara lebih eksklusif seperti analisis kebijakan dan
analisis sistem.
Terdapat beberapa metode desain yang
sesuai dengan perencanaan dan aplikasi yang berhungan dengan kebijakan, adalah
sebgai berikut,
a.
AIDA (analisis bidang keputusan yang saling
berhubungan
b.
Kotak morfologis
c.
konsep IDEALS
d.
IBIS (sistem informasi berbasis isu).
5.
Uji perencanaan
Adakalanya dalam proses desain salah satu
dari berbagai tujuan kehilangan pandangan dan pengabaian biaya. Oleh karenanya
proposal yang sudah diajukan harus melewati uji perencanaan. Jika
alternatif-alternatif yang dirancang baik, maka jawabannya akan bersifat
affirmatif. Uji perencanaan ini dilakukan untuk menguji apakah
desain/alternative yang kita buat relistis dan dapat diterapkan, serta
memberikan kemanfaatan yang banyak bagi masyarakat.
6.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat para perencana
memiliki sejumlah alternatif yang dapat dilaksanakan atau dengan kata lain
telah mengalami melewati fase uji perencanaan. Dalam evaluasi kriteria yang
paling umum digunakan adalah effisisensi, analisis untung-rugi (sering menjadi
alat evaluasi karena nilainya sebagai kerangka untuk mengumpulkan tingkat hasil
yang luas untuk pilihan yang berbeda kedalam indikator tunggal yang dapat
dipahami oleh pembuatan keputusan secara intuitif), analisis efektivitas (biaya),
dan analisis dampak (linkungan, sosial,politik, dan ekonomi).
7.
Implementasi
Setelah melewati semua proses sebelumnya
maka suatu rencana sudah dianggap matang dan siap untuk direalisasikan
(implementasi). Proses implementasi sendiri biasanya melelui beberapa tahapan
yang dimulai dengan penyampaian undang-undang dasar, diikuti dengan output
kebijakan (keputusan-keputusan) oleh agen pelaksana. Ada juga proses
implementasinya yang “adaptif”, “sirkular”, atau “revolusioner”.
Sesungguhnya suatu kebijakan (perencanaan)
tidak hanya dibuat dan diimplementasikan, akan tetapi desain pembuat kebijakan,
perencanaan, desain program, dan proyek, atau implementasi perencanaan adalah
saling berhubungan melalui interaksi partisipan yang kontinyu dan adaptasi
antara kebijakan yang mengesahkan perundang-undangan atau mengembangkan rencana
dan yang merubah atau menyesuaikan kebikana-kebijakan dan perencanaan ketika
melaksanakannya.
C. Tahap- tahap Proses Perencanaan
Proses
perencanaan memiliki tahap-tahap didalamnya. Menurut Chesswas, (1973) proses
dan tahapan perencanaan dalam bentuk yang lebih sederhana dan logis[5]
:
1.
Need assessment, kajian terhadap kebutuhan yang
mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan.
2.
Formulationof goals and objective, perumusan tujuan
dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan.
3.
Policy and priority setting, penentuan dan penggarisan
kebijaksanaan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan.
4.
Program and project formulation, rumusan program dan
projek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan
5.
Feasibility testing, biaya suatu rencana yang disusun
secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk kelayakan rencana.
6.
Plan implementation, pelaksanaan rencana untuk
mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan.
7.
Evaluation and revision for future plan, kegiatan
untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback
untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode berikutnya.
[1]
Risma Handayani,Pembangunan Masyarakat Dalam
Perspektif Prencanaan Wilayah (Makassar:Aluddin University Press,2012),hal 111.
[2] Risma
Handayani,Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif Prencanaan Wilayah
(Makassar:Aluddin University Press,2012),hal 112.
[3] Risma Handayani,Pembangunan
Masyarakat Dalam Perspektif Prencanaan Wilayah (Makassar:Aluddin University
Press,2012),hal 113.
[4] http://dewiultralight08.wordpress.com/2011/04/05/definisi-dan-proses-perencanaan/ .diakses pada 5 april 2011.
[5] http://uray-iskandar.blogspot.com/2011/01/tahapan-dalam-proses
perencanaan.html.diakses
pada tanggal bulan 1 tahun 2011.
Langganan:
Postingan (Atom)